Sudut pandang rendi
Waktu itu setelah aku berpisah dengan hkollil aku berjalan melewati jalanan yang sepi.
Berbeda dengan pos ronda yang begitu ramai dengan warga yang berkumpul menceritakan tentang mereka kehilangan uang
Jalanan yang aku lewati begitu telihat sangat sepi dan terasa sunyi
Namun di kesunyian jalan yang kulewati aku melihat sesosok anak kecil tanpa menggunakan pakaian berlari kesana kemari
Saat melihat anak itu perasaanku semakin tidak enak dan memiliki pirasat buruk.
Ku pandangi terus anak itu dari kejauhan.
Kepala yang tak di tumbuhi rambut seakan menjadi cirri khas anak itu.
Dalam benak aku memikirkan apakah mahluk itu.
Apa benar mahluk itu tuyul yang telah mengambil uang warga tadi. Ucapku.
Aku pun penasaran dengan anak itu dan berusaha menghampirinya namun baru saja aku hendak menghampirinya mahluk itu pun berlari menjauh dariku.
Sontak aku pun mengejarnya namun aku kehilangan jejak saat anak itu memasuki gang sempit yang menuju kea rah rumah khollil.
Semoga saja khollil bertemu dengannya dan menangkap anak itu. Anak itu sungguh mencurigakan pikirku.
Setelah aku kehilangan jejak aku memutuskan untuk pulang dan membahas masalah ini dengan khollil besok siang.
Saat aku sampai d depan rumah pada saat memasuki waktu subuh, terdengar suara tetangga yang kehilangan uang
Sontak aku menghampiri teh yeni tetanggaku.
Ada apa teh pagi pagi gini rebut. Tanyaku.
Itu ren uang teteh hilang. Padahal uang itu mau di pake buat belanja kebutuhan ren. Jawab teh yeni.
Teteh lupa nyimpen kali teh tanyaku.
Gak mungkin ren teteh sudah simpan uang itu di tempat yang gak mungkin dapat di temukan orang lain bahkan si akang juga gak tahu nyimpen nya. Jawab teh yeni.
Udah di tanyain sama kang dede teh tanyaku.
Sudah ren kang dede tidak merasa mengambil uang itu. Jawab teh yeni
Kampung ini benar benar tidak aman teh banyak warga yang kehilangan uang teh kang asep juga kehilangan uang dan warga yang lain juga ucapku.
Biar nanti rendi cari tahu teh apakah ada yang memelihara tuyul atau tidak di sini. Ucapku lagi.
Iya ren tapi hati hati ya ren jangan gegabah ucap teh yeni.
Aku pun berpamitan dan masuk kedalam rumah.
Bergegas untuk beristirahat dan terbangun saat adzan berkumandang
Singkat cerita.
Selesai sholat subuh aku pun tertidur dengan pulas sampai matahari berada di atas rumah.
Setelah aku terbangun aku memutuskan untuk pergi kerumah khollil membicarakan masalah ini
Namun di perjalanan aku melihat ada warga baru di kampungku.
Bu sumi dan pak jaja
Mereka warga yang baru pindah ke kampung ini
Dari wajahnya terlihat sangat baik dan sopan apabila berpapasan dengan warga sini.
Warga lain pun dengan ramah menyapa dan bahkan membalas sapaan dari mereka.
Namun ada sesuatu yang membuatku penasaran.
Pak jaja seperti sedang menggendong anak kecil.
Padahal menurut keterangan warga pak jaja dan bu sumi itu tidak memiliki keturunan atau anak
Namun siapa kah yang pak jaja gendong itu.
Warga yang lain tidak menaruh cecurigaan pada keluarga tersebut bahkan mereka juga tidak melihat apapun yang berada di belakang punggung pak jaja.
Namun aku juga tidak boleh gegabah dengan mengambil keputusan ini.
Biar aku bicarakan terlebih dahulu bersama khollil
Langkah apa yang harus ku lakukan.
Aku pun melawatu orang tersebut dan saat pak jaja dan bu sumi melihatku mereka melemparkan senyuman dan menyapaku.
Namanya hidup bertetangga apa salahnya kalau kita saling bertegur sapa .
Namun saat keadaan dekat kini tampak jelas anak kecil yang berada di gendongan pak jaja itu.
I…. itu seperti anak kecil yang semalam aku temui. Dalam pikirku.
Namun aku berusaha tampak seperti biasa agar tidak membuat pak jaja dan bu sumi curiga.
Setelah kita berbincang dengan mereka aku pun berpamitan dan melanjutkan perjalanan ke rumah khollil.
Lil lagi apa nih tanyaku.
Eh ren ini lagi beulin meja buat jualan jawab khollil
Bagai mana apa ada petunjuk ren Tanya khollil sambil menatapku.
Hemm sepertinya aku melihat hal aneh lil di kampung ini jawabku.
Maksud kamu ren hal aneh bagai mana Tanya khollil penasaran.
Semalam aku melihat sosok anak kecil berlarian kesana kesini tapi saat aku mengejarnya dia lari dengan begitu cepat lil menuju kea rah jalan ini jawabku.
Wah ko bisa sama ya ren semalam juga aku melihat sosok anak kecil berlari dengan cepat namun aku tidak jelas melihat wajahnya ren karna begitu cepat dia berlari. Kata khollil
Dan ibu ku bilang kalau di kampung kita ada seseorang yang memelihara tuyul ren. Kata khollil ;agi
Tapi kalau memang benar di kampung kita ada yang memelihara tuyul kita harus selidiki terlebih dahulu siapa orangnya. Usulku.
Iya lil aku setuju dengan rencana mu. Ucapku.
Mau aku bantu lil. Tanyaku.
Akh sudah lah ren ini sudah hampir selesai kok. Jawab khollil.
Tuh kalau mau bikin kopi mah bikin aja sendiri amunisinya juga ada ko ren kata khollil.
Saking semangatnya aku membuat kopi dan berbincang dengan ibunya khollil sesekali ku ledek khollil yang sedang menyelesaikan pekerjaannya
Aku sampai lupa kalau ada yang mau aku sampaikan pada khollil tentang pak jaja dan bu sumi.
Namun tidak mungkin aku sampaikan sekarang karna ibunya khollil sedang berada di sekitar kami.
Takut rencana kami akan terbongkar aku lebih memilih diam dan tidak menceritakan tentang apa yang tadi aku lihat di jalan.
Sepertinya khollil juga merasakan apa yang aku rasa.
Soalnya saat aku berpapasan dengan pak jaja dan bu sumi tentunya mereka sudah melewati rumah khollil dan khollil pun masti melihat gelagat yang tak wajar dari mereka.
Namun khollil juga masih tidak berani membicarakannya karna masih ada ibunya.
Setelah pekerjaan khollil selesai khollil pun menghampiku dan ibunya untuk meminum kopi yang sudah dibuatnya dan bersender ke sebuah tugu rumah untuk beristirahat sembari berbincang.
Tak lupa amunisi berasap yang khollil hisap dengan santainya dia menghembuskan asap putih yang dia hisap.
Terlihat pak jaja dan bu sumi pun kembali melewati rumah khollil.
Sontak khollil meneput pundakku dan memberikan isyarat untuk melihatnya.
Aku pun
mengagguk dan menyuruh khollil agar tidak berisik.
Untuk saat ini Cukup kita saja yang mengetahuinya lil bisiku pada khollil.
Khollil pun mengangguk dan kemudian terdiam memperhatikan mereka berjalan melewati rumah khollil.
Sepertinya mahluk kecil itu pun memperhatikan kita dan sesekali mengejek kita.
Namun kita mencoba menahan amarah agar tidak membuat kecurigaan pada orang orang yang ada di sekitar kita.
bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar